Terimakasih untuk berada disisiku, sekarang.
Hai, kamu. Bagaimana sukadukamu selama bersamaku? Bersamaku dalam diam tanpa mengungkapkan perasaan yang kamu rasakan dan begitu pula sebaliknya yang terjadi padaku. Tersiksa kah kamu selama ini dalam kediaman itu? Kita yang tak pernah sanggup untuk saling mengungkapkan dan menceritakan segala yang terjadi, mungkin terasa datar dan tak berasa. Ya, aku merasakan itu selama beberapa bulan kebelakang. Belum lagi ditambah kita yang pernah lost contact sekian lama dan jarang bertemu. Flat. Apakah kamu tak pernah berpikir, bahwa kita sebenarnya tak pernah mengalami kemarahan hebat yang biasanya memang dihindari oleh sebuah hubungan.Tapi entah mengapa, aku menginginkan kemarahan itu, pertengkaran yang membuat kita sedikit mengalami perdebatan kecil;tanpa ada kata 'terserah' dan kita mampu untuk mengatasi itu bersama.
Jumat, 04 Juli 2014
Senin, 24 Februari 2014
Kehilanganmu~
Aku akan merindukanmu.
Tak sedetikpun hatiku luput dari denyut perih karena
kehilanganmu.
Kau tinggal terlalu sebentar,
pergi terlalu cepat.
Seperti rahasia ilahi lainnya yang tak benar-benar
kumengerti.
Kamis, 09 Januari 2014
Selamat Ulang Tahun, Kamu
Selamat ulang tahun, kamu. Kamu
yang masih menjadi “kamu” bagiku. Selamat mengulang hari pada tiap tahun atas
kelahiranmu. Dan selamat menemui 15 kali 10 Januari-mu. 10 Januari yang selalu
menjadi awal bagimu untuk mengulang dan merevisi apa-apa yang telah terjadi mulai
awal 10 Januari ke 14-mu. Menjadi awal untuk memperbarui tumpukan-tumpukan
lembaran cerita yang telah kau buka dan kau tulis di tiap-tiap tahunnya.
Berbahagialah selalu sepanjang
hidupmu. Jatuhlah saat Tuhan memerintahkanmu untuk jatuh. Membuatmu merasakan
hidup pada bagian bawah hidup.
Rabu, 08 Januari 2014
Antara 365 Hari, Tuhan dan Impian
365 hari itu waktu yang singkat. Sungguh
singkat mungkin. Banyak impian yang telah terdaftar dengan antusias disetiap awal perhitungan 365
hari itu, namun mungkin hanya beberapa saja yang dapat benar-benar terealisasikan.
Entah, mungkin kuingin menanyakan pada Tuhan. Rasanya ku telah berjuang
semampuku untuk meraih impian-impian bodoh yang terlalu berjubel itu. Tapi,
mengapa tuhan tetap saja tidak langsung mewujudkan impian itu? Bukankah untuk
mendapatkan realisasi dari Tuhan cukup berusaha dan berdoa? Selebihnya tinggal
mengikuti dan menyerahkan pada alur yang telah disediakan Tuhan?
Langganan:
Postingan (Atom)