Pages

Jumat, 15 November 2013

Dear, Hujan :’)

Hai, Hujan. Kehadiranmu seringkali kutunggu. Tapi kadangkala, kehadiranmu meninggalkan respon yang buruk di sebagian orang. Aku juga sering mengeluh kepada penciptamu ketika kau dijatuhkan disaat yang tidak tepat. Namun, disaat-saat tertentu aku merasakan kehadiranmu merupakan sebuah karunia indah Tuhan.
            Dengan kehadiranmu (yang tepat) entahlah..
Seringkali membawa dan menggiring kenangan lalu yang entah baik atau buruk. Kenangan yang hanya menyisakan sejarah kuno yang telah mati dan tidak mungkin bangkit dan hidup kembali. Mungkin bila saat kau melihat benakku, kau akan menemukan pertanyaan aneh yang tak sanggup kutanyakan padamu atau pada penciptamu. Mengapa kau selalu saja membawa sejarah itu dengan seenaknya?. Mengapa disetiap saat ku menatapmu dan memandangmu lebih jauh, kau selalu saja membuatku untuk membongkar paksa kunci-kunci pertahanan yang telah kurapatkan sebelum menatapmu?
            Ah, hujan. Kekuatanmu sungguh membuatku lemah untuk menahan semua pertahananku. membuatku selalu gagal dalam setiap usahaku bangkit dari kematian sejarah. Bisakah kau hanya hadir dengan pesona yang kusuka saja ;bau tanah, udara dingin, suara gemericik air. Tanpa menyeret kematian sejarah yang jelas akan mengembalikan kenangan kedalam memori?

            Tapi, Hujan. Tetaplah menjadi suatu perantara untuk mengembalikan memori-memori lama yang ada saat sejarah masih hidup. Saat sejarah belum mati dan menyisakan tangis bagi yang menyayanginya. Tapi, bisakah kau menyeretnya tidak hanya kepada orang-orang yang menyayanginya? Bisakah kau menyeretnya kepada orang-orang yang membenci hal yang telah mati itu dan membuat mereka menyayanginya? Kumohon .

0 komentar:

Posting Komentar